Momen 2

yessicaolivia post on December 11th, 2012
Posted in Cerpen

Seorang pria datang dengan tergesa-gesa. Sudah terlambat, pikirnya. Tiba di depan pintu acara, pria itu segera mendatangi meja registrasi. Saat menuliskan namanya pada buku tamu, pria itu mendengar suara seorang perempuan disebelahnya, suara yang sudah tak asing lagi ditelinganya, suara yang telah lama tak didengarnya. Lebih daripada itu, suara itu – adalah suara yang mampu mengubah perasaan pria itu seketika menjadi senang.

 

Mengatur napas dan detak jantung yang tiba-tiba berdegup kencang, pria itu menyelesaikan registrasi, lalu perlahan menoleh ke arah sumber suara itu. Dilihatnya wajah seorang perempuan yang telah dinantikannya selama 7 tahun terakhir ini, sedang berdiri di sampingnya. Pria itu hanya mampu tersenyum, tak mampu berucap kata. Perempuan itu pun menyadari keberadaan pria itu, dan membalasnya tersenyum, lalu perempuan itu pergi menemui tamu-tamu yang lain.

 

Pria itu tidak datang sendiri, ia bersama seorang teman, lalu mereka bersama-sama mencari tempat duduk. Acara dimulai. Pria itu tak sepenuhnya memperhatikan acara yang sedang berlangsung karena hatinya tak tenang. Matanya mencari perempuan itu, dan hanya perempuan itu yang ingin dilihatnya. Itulah tujuan ia datang, bukan untuk acara itu, tapi untuk bertemu dengan perempuan itu.

 

Namun, yang hanya bisa dilakukan pria itu hanya memandangi dan mengamati perempuan itu dari jauh. Dilihatnya perempuan itu sangat sibuk, namun wajahnya memancarkan cahaya kegembiraan yang tak pernah mati – begitulah ia mengenal perempuan itu – yang selalu memiliki semangat ceria dalam kondisi apapun. Dilihatnya perempuan itu asik bergurau dengan seorang lelaki muda. Tak lama kemudian, perempuan itu bersama dengan sebuah rombongan, dan tampak bahwa perempuan itu antusias berbicara dengan salah satu dari rombongan itu. Hati pria itu seketika tertusuk, sakit, dan tak berdaya. Pria itu mengamati, dan hanya bisa mengamati. Sekilas, pandangan pria itu tertangkap oleh perempuan itu, yang sedang mendengarkan seorang lelaki berbisik di telinganya, kemudian perempuan itu memalingkan wajahnya. Meski seluruh pemandangan itu tak sanggup untuk dicerna olehnya, namun pria itu hanya bisa menyimpannya dalam hatinya sendiri. Aku akan selalu menunggumu.

 

***

Perempuan itu kembali ke rombongan dan mengobrol dengan seorang lelaki. Saat lelaki itu membisikkan sesuatu ke telinga sang perempuan, seketika perempuan itu melihat sepasang bola mata yang lurus sedang menatapnya, dan jantung perempuan itu seketika berhenti. Bola mata itu – bola mata penuh penantian, tak kuasa dibalasnya.

 

Maafkan aku, batin perempuan itu.

 

Kemudian, perempuan itu pergi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

five × 3 =

  • Facebook
  • LinkedIn
  • Twitter